Rabu, 28 Agustus 2013

Sepanjang Perjalanan Pringsurat

Kalau keluar dalam perjalanan dari Temanggung mau ke Semarang atau sebaliknya dapat melalui Secang dulu atau memotong jalan pintas Pringsurat. Daerah sepanjang 7 km atau lebih ini beraspal mulus. Sepanjang kiri-kanan berhias tumbuhan hijau dan rentangan sawah disana-sini. Boleh dikatakan sangat disayangkan untuk dilewatkan begitu saja tanpa mau mencuci mata sekedar menghilangkan kejenuhan dalam perjalanan. Draenase ala orang daerah tak kalah rapi dan fungsional membatasi kiri-kanan jalan, seolah memberi kesempatan air untuk lewat dengan mulus.

Tekstur alam Pringsurat sangat indah. Sepanjang jalan dengan liuk bukit dan ngarai melengkapi bentang alam yg tiada duanya. Sepanjang pandang, liukan tak henti tanpa membosankan. Ganti berganti dalam memandang. Ketika belok kiri, arah kanan menikung telah menyusul. Arena ini kalau dilalui dengan kecepatan sedang akan membawa nikmat kita berkendaraan. Apalagi sertelahnya menanjak yg tak begitu tajam, walau ada pula yg sedikit membumbung.

Perjalanan sepanjang Pringsurat jangan takut kehabisan bahan bakar. Sebuah PON Bensin pasti pass telah disiapkan melengkapi para pengendara dalam berbekal bahan bakar. Dijamin mobil  atau kendaraan tak akan ngadak gara2 bahan bakar. Tukang jaga bensin akan melayani dengan senang hati setiap memasuki arena pengisian bensin. Sambutan ramah ala alam pedesaan sudah mengadang. Pelayanan ini melengkapi aura orang desa yang ramah tak terkirakan sebagai karakter budaya bangsa.

Di tengah perjalanan sekitar kejauhan separuh jalan, sebuah pasar telah menghadang. Pasar ini bisa dimanfaatkan untuk sekedar henti membeli sekedarnya , mungkin camilan khas Temanggung. Pasar yg tidak begitu ramai melengkapi prasarana bagi masyarakat sekitar Pringsurat. Untuk kebutuhan makan, sayang sekitar jalan Pringsurat ini hanya ada satu rumah makan yg tidak pasti bukanya. Karena pada suatu kesempatan membawa rombongan untuk mampir makan ternyata sudah dsalam keadaan tertutup. Namun, pada kesempatan lain menemukan rumah makan dimaksud buka. Sangat disayangkan tak ada yg membuka lagi rumah makan baru di sekitar Pringsurat.  Sebenarnyam peluang besar bagi masyarakat sekitar kalau mau membuka kios atau rumah makan baru, dijamin banyak pengunjung. Pringsaurat sebagai daerah ramai dan strategis bagi para pengendara pasti mau memanfaatkan ketersediaan prasarana kuliner kalau memang ada dan didirikan.

Hati-hati, mendekati arah jalan utama ke arah Semarang ada ruas jalan yg agak menikuk tajam. Pernah pada suatu kesempatan hampir terjadi cium tanduk kambing antara dua mobil yang saling berhadapan. Disamping menikung dan jalannya halus, kenikmatan mengemudi bisa membawa ke arah kurang kontrol. Makanya menjelang ke tikungan jalan dimaksud harus hati-hati.


Sampai bibir jalan pada pertigaan arah Semarang-Jogya kita disambut petugas lalin yang penuh disiplin. Seorang" petugas" anti sogok yang selalu menjalankan kewajiban tanpa henti. Hujan - panas tak dihiraukan. Dengan sikap tegak sempurna selalu menjalankan tugas mengawasi hilir mudik lalulintas setiap saat. Inilah petugas teladan. Nyamukpun yg menggigitnya akan dibiarkan. Bahkan, sapaan orang yang sedang lewat tak dihiraukan karena kedisiplinan dalam melaksanakan tugas. Coba kalau anda lewat, sapa saja dengan keras, " Paaakkk selaaamatt siang! Pasti ia tetap menghadap jalan mengawasi lalulintas. Itu karena patung polisi !!??!!

Senin, 26 Agustus 2013

Desa Plobangan, Selomerto, Wonosobo

Boleh dikatakan, Desa Plobangan merupakan daerah kaya sumber air. Dengan dilewati sebuah sungai cukup lumayan besar air mengalir tiada henti. Diawali dari sumber yg ada di bawah nun jauh di kaki G Sumbing, air itu mengalir deras tanpa henti. Bersih dan bersih seakan bisa untuk mengaca di wajah. Rasanya bening menyejukkan. Tanpa terasa dan disadari sebenarnya kaca itu air pada sealiran sungai.

Tak kalah menariknya, sepanjang hamparan terlihat sawah menghijau. Berpetak kecil tersusun rapi seakan permadani hijau digelar di hadapan mata memandang. Suasana ini bikin mata sejuk dan hati tentram sejenak meniunggalkan kesibukan rutin yg menghadang.

Desa agraris ini menyimpan potensi lumbung padi yg tidak kecil. Sawah menghapar dengan terawat bisa tiga kali panen cukup menghidupi penduduknya. Soal cadangan pangan tak usah diragukan lagi. Hampir sebagian besar punya sawah sendiri-sendiri.

Potensi kolam jua dimiliki di desa ini. Dengan sumber air mengalir deras merupakan wahana yg bagus beternak ikan air tawar. Dalam kebanyakan kolam bisa ditemukan ikan nila, mujair, gurami dan beberapa ikan warna mas yg cantik bisa dikonsumsi mengandung protein hewani yg besar. Dalam sekali tebar, bisan ditunggu 8-9 bulan dipanen. Biasanya dipanen pas mendekati Lebaran. Mengapa, pada saat itu tradisi makan ikan air tawar tumbuh kembali. Bagi yg tidak memiliki kolam jangan kuatir karena bisa memiliki ikan dengan cara membeli. Hal ini dimaklumi, ikan hasil panen takkan habis dimakan sendiri. Ada nilai ekonomi yg tidak kecil beredar di Plobangan ketika memasuki panen ikan air tawar yg hampir bersamaan yg kebanyakan dipenen menjelang hari Raya Lebaran.

Meruntut jalannya waktu, dengan bertambahnya penduduk, sedikit demi sedikit lahan pertanian di desa ini mulai menyusut. Penyusutan disebabkan adanya pembangunan rumah baru oleh keluarga yg baru dibentuk. Beberapa lahan sawah yg tadinya luas sudah berubah sebagian sebagai rumah. Dapat dipastikan pada titik tertentu pengasil lumbung padi ini bisa kehilangan identitasnya.

Kedaan ini terasa oleh Bp Gambang sebagai pengusaha dan enterpreneer lokal yg mengelola usaha penggilingan padi merasa mengalami penyusutan dalam mengelola padi panenan. Untuk melangsungkan usaha penggilingan ini diperlukan ekspansi penebasan padi keluar arena desa yg cukup jauh. Tidak jarang harus pergia jauh hingga 40-50 km hanya untuk mendapatkan gabah satu mobil carry setara volume 15 kuintal. Hal ini terpaksa dilakukan agar usaha penggilingan yg telah dirintis tidak mati suri karena menyusutnya hasil panen di desa sendiri. Pada mulanya panen Desa Plobangan m,emang tidak perlu diragukan. Entah unt masa berikutnya, masihkah ada sisa lahan unt bersawah?


Waduk Wadaslintang yg Tersembunyi

Mengisi libur sangat mengasyikan. Kehidupan Kota Semarang yg panas terasa menyesakkan setelah udaranya dihirup setiap hari. Maklum tinggal dan kerja di sini. Dari kehidupan seharian, berangkat dan pulang kerja bisa menyisakan rasa jenuh. Berhari menemui kesibukan dan kepadatan lalulintas tiap pagi berangkat dan pulang kerja makanan rutin yg tak terhindarkan.

Melangkah meninggalkan lewat pintu rumah, menapakkan roda karet di jalan aspal ditambah padatnya lalulalang kendaraan di depan mata bisa memberikan aspek lelah tak kunjung pergi. Anehnya, semua ini hampir dinikmati para pekerja di tiap hari.

Makanya, ketika libur tiba, seakan kuda lepas dari kandang segera ambik ancang melepas lelah menuju daerah desa yg sunyi dan nyaman. Seperti biasa, Kota sejuk Wonosobo jadi tujuan. Mulailah persiapan meninggalkan Semarang disusun rapi.

***

Adalah Wonosobo sebuah Kota Kabupaten yg terapit dua gunung indah G Sindoro dan G Sumbing. Dua mahkota alam ini jadi penghias keindahan yg tiada tara. Apalagi jika menjelang kabut turun dari puncah mengalir indah menuju lereng. Seakan sang raja bangun tidur meluruhkan selimut tebalnya. Betapa indah, sejuk dan menyenengkan. Hingga, puncak keindahan gunung kembar tersembul menawan. Itulah kebesaran Tuhan yg dianugrahkan pada warga Wonosobo yg tak dimiliki daerah lain. Untuk itu, perlu dinikmati dan digali multi aspek yg telah disediakan oleh Yang Maha AWgung  bagi kesejahteraan umatnya. Sayang, anugrah yg luar biasa ini dibiarkan percuma tanpa eksplorasi yg bermanfaat. Ayo, warga Wonosobo memanfaatkan keindahan alamnya untu kemaslahatan bersama. Bangunlah warga Wonosobo untuk kemajuan masyarakatnya.

Liburan kali ini mengeksplorasi arah Selatan Wonosobo, tepatnya daerah perbatasan dengan Banjarnegara. Sebuah daerah yg berimpit yg tak kalah menariknya yg dinamakan WADUK WADASLINTANG.  Sebuah waduk masuk wilayah Wonosobo dan Banjarnegara. Waduk dengan alam terindah -menurut aku- denganb dikelilingi deretan bukit nan pertmai. Waduk ini kalau dibandingkan dengan di Bali, sekelas dengan Bedugul. Bedanya, Bedugul teleh dieksplorasi dengan baik sehingga berhasil menghidupi masyarakat yg ada disekitarnya.

Persoalannya, Waduk Wadaslintang masih terhampar tanpa optimalisasi kemamfaatannya. Walau sudah dimanfaatkan unt keramba apung dan sebagian wisatra air, menurutku belum digali secara optimal. Wisata air baru dimanfaatkan sekian persen dan belum memberi dampak berarti bagi masyarakat Wadaslintang dan sekitarnya.
Gbr Keramba Apung di Wadslintang
Manfaat ekonomi baru sebagian kecil termanfaatkan pada pemilik modal. Seharusnya masih bisa berkembang besar, hanya saja Pemda yg memiliki destinasi ini belum mengembangkan secara optimal.
Gbr Wista air sedang dirintis.

Bandingkan dengan pengelolaan wisata air di Bedugul.
Gbr Wisata Air di Bedugul

Sudah saatnya Pemda yg merasa memiliki WadasLintang membangunkan potensi yg dimiliki dengan melakukan promosi dan menggaet penanam modal unt menggerakan potensi wisata yg ada. Tidak lupa masyarakat sekitar waduk dilibatkan dalam pengelolan obyek wisata ini. Ini berlandas pada visi masyarakat wisata sejahtera seiring bangunnya ekonomi wisata setempat.

***
Dari arah Wonosobo, rombongan menuju arah selatan lewat jalan raya provinsi yg nebuju arah Porwokerto. Sesudah mendekati lampu merah sekitar Banjar-Wonosobo belok kerah kiri menuju  daerah Kaliwiro. Potensi jalan berkelok dengan kiri-kanan menghijau memberi arti indahnya alam asli pegunungan. Jalan yg halus beraspal menambaqh nikmatnya perjalanan dengan mobil yg sehat. Bus besar dan medium bisa melewati jalan ini. Sebeharnya sudah saatnya Wadaslintang dibanjiri pengunjung, tiunggal bagaimana mendatangkan pengunung lewat promosi yg dibutuhkan. Jer Basuki Mowo Bea.
Semoga Wadaslintang bangun dari tidurnya.